Kamis, 04 Juni 2009

Membenci untuk Cinta (part2)

uasana menjadi sangat sunyi Esya memperhatikan setiap kata yang di ucapkan ibu sri.
“Dulu aku dan ibumu adalah teman SMU, kami berjanji akan menjadi teman selamanya dan memberi nama kelompok kami Esya dari kata ESA yang artinya satu. Kami kuliah di universitas dan jurusan yang sama, saat itu kami mengenal seseorang bernama Aditya. Dia laki-laki yang baik, saat itu ibumu berjanji untuk menikah dengan aditya. Tapi sayang ibumu tiba-tiba pergi meninggalkan kami semua, saat itu aditya sangat marah dan sedih. Karena adit sudah berjanji pada ibunya untuk memperkenalkan calon istrinya sehingga saya menggantikan posisi ibumu, kamipun menikah, awal pernikahan kami tidak ada cinta, yang ada hanyalah rasa tanggung jawab, antara satu dengan yang lain, sampai akhirnya kami berpisah. Sejak saat itu saya tidak tau di mana mas aditya saat ini. Dan aku menikah dengan suamiku yang sekarang.”

“lalu apa hubungan saya dengan ini semua”
“apakah kamu belum membaca isi surat ibumu, Esya?”
esya hanya menggelengkan kepalanya
“baiklah Esya ibumu meminta padaku untuk menjagamu, dan ibumu memintaku untuk membimbingmu mencari mas Adit, dan meminta maaf atas semua kesalahan ibumu, apa kamu bersedia Esya?”
“insya allah saya mau bu”
“satu lagi Esya, ibumu memintamu menepati janji ibumu, esya apapun itu”
“janji?..apa berarti aku harus menikah dengan tuan Aditya bu”
“Entalah Esya ibu juga tidak tahu”
Masya Allah Esya sangat tekejut dengan ini semua. Esya tidak menyangka ibunya telah merencanakan ini semua, kenapa harus Esya, Esya masih punya Dek Rini kenapa bukan dia saja. Esya benar-benar kalut mendengar berita ini, rasa sedih, bingung, khawatir, cemas, takut semuanya menjadi satu. Rasanya ada air hangat yang mengalir dari sudut pipinya, sebelum ia menangis di rumah ini ia harus kembali ke kost. Segeralah ia mohon untuk undur diri
“maaf bu, Esya harus pamit karena sudah larut”
“kamu mau pulang, baiklah.. biar diantar fitri ya, nak”
“tidak usah bu nanti merepotkan..saya naik angkot saja.”
“Esya...Ibu tau pasti saat ini kau marah, maafkan kami ya nak”
“tidak apa bu, baiklah saya permisi” Esya meninggalkan rumah bu Sri engan senyum yang di paksakan.
Esya bergegas agar sampai di kost, selama perjalanan pikirannya kacau, banyak sekali rasa yang ingin ia ungkapkan. Ia ingin sekali menangis sekencang mungkin menyesali semua ini, tapi apa yang harus Esya lakukan.
Sesampainya di kost Esya duduk di samping pembaringan sambil menagis, meratapi semua ini. Perasaan Esya kalut sekali. Akhirnya Esya memutuskan untuk telpon ke yogya, bertanya sama bapak apa yg didalam surat ibu itu semuanya benar.
Telpon itupun tersambung, “assalamualaikum” Esya menyapa orang yang diseberang sana
“waalaikumsalam”
“dek rini ya, ini mbak dek...bapak ada mbak mau bicara sebentar”
“ada mbak bentar”
setelah menunggu beberapa saat
“assalamualikum..ono opo nduk”
“waalaiakum salam. Esya bade tanglet pak”
“tanya apa sya”
“tentang isi surat ibuk yang bilang klo Esya yang akan menggantikan janji ibuk untuk menikah dengan pacarnya dulu apa betul pak” lama sekai bapak tidak segera enjawab pertanyaan Esya.
“pak.. enten nopo? Kok bapak diam saja”
“nduk yang ikhlas ya,..apapun itu hasilnya nanti”
“tapi pak....Esya ndak mau...Esya ndak mau pak” suara Esya yang parau sekrang menangis di telpon, diujung telponpu bapak menangis.
“sabar ya nduk”
“ndak pak.. Esya Benci ini semua pak..Esya ndak terima..assalamualaikum”
Esya nemutup telponnya secara sepihak dan melanjutkan tangisannya. Esyapun sholat memohon petunjuk kepada Allah, memohon untuk diikhlaskan hatinya, disabarkan, serta memohon jalan yang terbaik. Tanpa disadari Esya sampai tertidur karena kelelahan.
Setelah beberapa hari Esya merenung, akhirnya ia memutuskan untuk memenuhi wasiat ibunya. Tapi saat ini bukan Esya yang penyabar, tapi Esya yang lebih sensitif hatinya. Entah kenapa ia timbul perasaan benci terhadap Alm ibunya, yang dengan seenaknya saja memintanya untuk menikah dengan pak Aditya, tapi kadang hatinya juga sakit juka ia terlalu membenci ibunya. Saat itu hari sudah menjelang sore hari, tapi suasana kampus masih tetap rame karena ada festival band bintang tamunya adalah band yang terkenal di tanah air. Esya pun mempercepat langkahnya untuk segera meningkalkan kampus akan tetapi...
BRRRRRRRRRRUUUUUUUUKKKKKK
“masya allah” buku Esya dan kertas-kertas kuliah yang dibawa Esya jatuh berantakan di lantai. Ternyata ia di tabrak seseorang. seseorang yang sangat asing bahkan dia tidak mengenalnya sama sekali. Mereka saling menatap sebentar dan Esya segera membereskan buku dan kertasnya yang berantakan.
“maaf ya saya tidak sengaja”
“semua orang yang habis menabrak pasti bilang seperti itu, tapi saya tetap memafkan kamu” Esya memperhatikan laki-laki yang di depannya dan kemudian melanjutkan ucapannya” anda ini aneh ya masak sore2 begini pakai kacamata gelap, tapi itu semua urusan anda, saya permisi...oh ya, sekalipun kamu yang salah aku juga minta maaf karena ucapan aku kasar ke kamu, dan aku sudah memafkan kamu kok..mari”
Esya meninggalkan lelaki itu tanda menoleh sedikitpun lagi, tapi laki-laki ini tetap memperhatkan Esya sampai ia menghilang dari koridor kampus.
Ya tuhan aku segera bergegas jika tidak teman-teman ku bisa marah pikir lelaki itu.
Beberapa hari kemudian Esya di telpon oleh ibu Sri untuk datang ke rumah beliau, karena ada hajatan pertunangan purinya. Dengan sedikit polesan Esya sudah siap untuk berangkat ke rumah bu sri, Esya tampak cantik dan anggun dengan busana muslimnya. Sesampainya disana esya sudah dianggap saudara sendiri oleh keluarga bu Sri. Esya menikmati acara itu, dia merasa seperti berada dirumah, kadang Esya rindu pada ibunya, tapi rasa rindu itu terkalahkan oeh perasaan benci dan ingin memperotes ibunya, tapi beliau adalah ibu Esya sebenci apapun esya harus berbakti pada orang tua.
Saat itu esya memperhatikan ibu sri sedang berbincang dengan dua orang laki-laki. Esya tau salah satu dari laki-laki itu adalah suami ibu sri tapi yang satu lagi siapa dia?
Secara bersamaan mereka memandang Esya dan bu sri melambaikan tangannya. Esyapun membalas lamaian itu dengan angukan pelan, tapi siapa laki-laki apa dia tuan Aditya? Tapi kata bu sri mereka telah lama tidak bertemu, ini aneh. Siapa laki-laki itu? Mengapa tersemyum pada Esya. (hmmm siapa ya dia :-/ )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar