Kamis, 28 Mei 2009

Cinta Itu Satu (part2)

kesokan harnya sabrina menelpon maminya di kantor, sekertaris mami memberitahu klo beliau sedang rapat. Sabrina memutuskan pembicaraan itu, kemudian menelpon mas hendra dan tersambung.

“ada apa sab..tumben kamu telpon”
“sabrina mau minta ijin mas, sabrina mau belajar mengaji ke pesantren?”
“kenapa sab? Dimana itu?”
“kata mbok darmi di suka bumi mas”
“sama siapa kamu disana?”
“disana ada anaknya mbok darmi mas?”
“menginap di pesantrennya atau bagaimana?”
“g tau mas sabrina liat nanti aja? Gimana mas boleh ndak
“ya udah ndak papa klo menurut kamu itu yang terbaik”
“ya dah makasih ya mas”
sabrina merasa tenang setelah mendapat ijin dari mas hendra dan bersiap-siap untuk berangkat ke sukabumi. Dengan bantuan mbok darmi sabrina merapikan pakaiannya. Dan berangkat menuju setasiun. Setelah berpamitan pada mbok darmi ia pun berangkat menuju sukabumi. Sabrina tidak tau apa yang telah di lakukan. Selama perjalan sabrina hanya terdiam, tidak bisa memejamkan mata.
Di otaknya masih teringat dengan mami, mungkin setelah sampai disuka bumi ia akan telpon mami pikir sabrina, tapi pikirannya yang lain melarangnya. Hal ini benar2 mebuatnya binging. Perjalanan ini nama pakaian muslimmerupakan perjalanan sabrina yang pertama tanpa dampingan keluarganya. Ia melihat keluar jendela hamparan sawah yang masoj hijau sepertinya sejuk. Lama juga perjalanan yang harus ditepuh sabrina hampir 3 jam. Jarak yang jauh, rasa lelah selama perjalanan serasa terbayarkan oleh pemandangan yang sangat indah, kehijauan terhampar sejauh mata melihatnya. Mungkin sabrina bisa merasa betah untuk tinggal disini. Pegunungan masih terlihat sangat gagah di kiri dan kanan jalan, sangat indah sekali. Perjalananpun berakhir sampai distasiun sukabumi sabrina, sabrina keluar melwati jalur keluar penumpang. Kata mbok darmi sabrina harus naik angkutan umum untuk sampai dikediaman putri mbok darmi. Tapi sepertinya dari tadi ada yang memperhatikan sabrina. Seorang wanita berjilbab cantik dan sangat anggun, ia memperhatkan sabrina sangat detail sekali. Sabrina merasa kikuk diperhatikan seperti itu, apa ada yang salah dengan yang ku kenakan pikir sabrina. Sabrina mengenakan bawahan jins hitam, sleeveless biru dan kardingan hitam. Rambut sabrina yang panjang terurai melayang-layang diterpa hembusan angin yang sangat sejuk. Kemudian wanita itu menghampiri.
“assalamualaikum..mbak sabrina ya?” tanya wanita anggun itu
“waalaikumsalam..iya. Maaf mbak ini siapa ya?
“oh ya kenalkan nama saya ningrum, putrinya mbok Darmi?”
“oh ya...terima kasih, saya pikir saya yang akan menemui mbak, ternyata mbak yang datang kesini.”
“iya kemarin menelpon saya dan bercerita akan kedatangan mbak kesini, onama pakaian muslimh ya mari mbak kerumah saya. Ya walaupun rumahnya kecil ndak papa khan mbak”
“oh tentu saja tidak apa-apa terimakasih sebelumnya”
“iya mbak sama-sama, mari”
merekapun berjalan menyusuri jalan besar dan naik angkutan umum untuk sampai di kontrakan ningrum. Selama perjalanan mereka mengobrol banyak, sabrina mengutarakan keinginannya untuk belajar mengaji. Dan ningrum besok akan mengenalkan Sabrina pada guru mengaji ningrum di pesantren. Pagi pagi sekali sabrina telah siap untuk ikut dengan ningrum kepesantren, sabrina menikmati perjalanannya ke pesantren, tidak jauh memang, dan sampailah mereka di sebuah pesantren di setiap jalan masuk pesantren ada bunga-bunga yang indah, ditata dengan sangat sapinya. Ningrum mengajak sabrina masuk kedalam ruangan dan memperkenalkannya pada seorang wanita yang sangat lembut, tapi berwibawa namnya ibu Fatima. Ibu fatima menerangkan bagaimana untuk mengaji di pesantren ini, akan tetapi sabrina memilih untuk tinggal bersama ningrum dan datang setiap hari untuk belajar mengaji disana. 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan tanpa terasa telah berjalan dengan sangat cepat. Banyak hal yang telah di pelajari sabrina. Penampilan sabrinapun sekarang telah berubah, sedikit demi sedikit sabrina memahami dan menjalankan syariat agama islam, dan belajar menjadi muslimah yang baik. Sabrina yang tadinya selalu berpenampilan casual sekarang telah berubah dengan jilbab yang cantik, senyum yang jarang sekali muncul sekarang sering selalu tersungging di bibirnya, menjadi lebih baik itulah yang diharapkan sabrina, mencintai agamanya, adalah jalan yang dia tuju saat ini. Sampai suatu saat handponenya berdering, walapun sabrina telah berganti nomor tetapi ia selalu memberi kabar pada kakaknya tersayang. Setiap pengalamannya dan keadaannya selalu dia ceritakan pada kakanya.
“hallo....assalamualaikum”
“waalaikumsalam..sab..ada berita penting”
“ada apa mas kok kayaknya serius sekali?”
“ini memang serius, mami nyari kamu sab, dan memberitahu mas klo papi sakit dan ingin bertemu dengan kamu”
“sakit apa mas parah ya?”
“mas juga tidak tau sab, kamu bisa balik ke jakarta secepatnya”
“insya allah bisa mas, sabrina hari ini langsung pulang”
“ya udah klo mau sampai jakarta kamu sms mas ya nanti mas jemput, ya dah klo githu mas tunggu ya assalamualaikum”
“waalaikumsalam”
sabrina masih tersiap dalam keterkejutanya, sabrina tidak mengira papi akan sakit, karena papi adalahnama pakaian muslim sosok yang sangat menjaga kesehatannya.
“mbak sabrina ada apa kok melamun?” ucapan ningrum mengagetkan sabrina, dan dia menceritakan telpon mas hendra tentang keadaan papi.
“saya pikir mbak sabrina harus pulang, apapun yang lalu biarlah mbak, sebagai anak kita wajib berbaktikan”
“iya sich tapi, aku takut untuk pulang”
“apa yang mbak sabrina takutkan. Mereka khan orang tua mbak sabrina”
“iya saya mengerti. Tapi...”
“mbak ingat apa yang telah di katakan bu Fatma kepada mbak tentang masalah mbak?”
“iya aku ingat, mengikhlaskan dan memaafkan?”
pikiran sabrina kembali melayang pada saat baru belajar mengaji dia mengalami putus asa, karena ia tidak bisa dengan mudah mempelajari alqur'an, ia menangis di beranda masjid menyesali ketidak mampuannya membaca alqu'an saat itu bu fatma datang dan berkata “nak, jangan menangis kamu harus terus berusaha, apapun masalah kamu di masala lalu, ikhlaskan dan maafkan semua perbuatan orang-orang yang menyakitimu. Dendam tidak akan membuatmu bahagia, tapi ikhlas dan apa adanya hal itulah yang akan membuatmu tenang” mendengar kata-kata itu sabrina merasa tenang dan sdikit demi sedikit berusaha untuk bisa membaca alqur'an.
“ya sudah.. saya pulang ya”
“iya mbak mari saya bantu mbak buat berberes”
ningrum merapikan baju sabrina dan memasukkannya ke dalam tas. Sabrina mengambil beberapa barang yang penting. Dan siap untuk pergi, untung hari masih pagi, agak siang nanti kereta ke bogor akan datang, dan naik kereta ke jakarta. Sebelum pergi sabrina menyempatkan diri untuk berpamitan ke bu fatimah, beliau berpesan untuk tabah, sabar, dan ikhlas dalam menghadapi persoalan dengan orang tuanya. Sabrina tau itu yang semestinya dia lakukan. Sabrinapun melangkahkan kaki meninggalkan pesatren itu dan kembali ke jakarta menghadapi setiap persoalannya dengan baik, tidak boleh menghindar karena sabrina yakin ALLAH akan melindunginya dari setiap masalah yang ada.
Selama perjalanan ke jakarta sabrina selalu berdzikir untuk menguatkan hati dan mentalnya. Sesampainya di jakarta mas hendra menjemput sabrina dan terkejut melihat perubahan adiknya. Ia melihat sabrina yang cantik dan anggun, berbalut baju muslim dan jilbab yang serasi menambah kecantikan sabrina.
“assalamualaikum mas hendra kenapa kok bengong sich”
“waalaikumsalam.. ndak papa kok kamu tambah dewasa”
“makasih ya mas..yuk pulang sabrina ingin ketemu sama mami dan papi”
“ayuk..tapi kitakerumah sakit karena papi dirawat”
“memang sakitnya parah ya mas” ada guratan kekhawatiran dalam wajah sabrina
“mas juga belum nengok kemarin ngurusin konser grub band”
“ohh...”
selama perjalanan hendra banyak sekali pertanyaan, tentang kegiatan sabrina disana, dan bercerita panjang lebar. Sampailah mereka dirumah sakit, mereka berjalan menyusuri jalan untuk sampai di ruang VIP tempat papi di rawat. Sabrina melihat mami yang berjalan keluar dari kamar, sabrina berlari menemui maminya. Mami sangat terkejut melihat sabrina, penampilan dan kepribadian sabrina telah berubah, putrinya yang dulu pendiam sekarang telah berubah menjadi gadis yang lembut, cantik dan dewasa.
“kamu sabrina?” tanya mami
“iya mam ini sabrina maafin sabrina ya mam sabrina memang durhaka,”
“tidak sab bukan kamu yang salah, tapi kami, sebagai orang tua kami sadar tak seharusnya kami memaksamu sepert itu. Maafin mami sama papi ya”
“tanpa kalian minta maaf sabrina sudah memaafkanya”
ibu dan anak itu berpelukkan dan menumpahkan segala kerinduan mereka, sabrina memasuki ruang perawatan papi. Papi terbaring sangat lemah, sabrina menggenggap tangan papi dan memohon maaf pada papi akan kesalahan yan telah di perbuat. Air mata sabrina terus mengalir dalam setiap doa untuk kesembuhan papinya.
Setelah beberapa waktu kesehatan papinya semakin membaik papipun mengakui kesalahan dan menghargai setiap kerja keras Hendra. Sekarang keluarga sabrina mulai belajar agama islam dengan benar dan tidak terlalu mengejar dunia. Semoga keluarga ku bisa hidup bahagia dan selamat dunia akhirat itu yang di harap khan sabrina dan cinta itu hanya satu hanya Untuk ALLAH SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar