Sabtu, 08 November 2008

MIMPI TAK BERUJUNG bag.2

“ya allah dimas menangis”ucap syifa dalam hati. apa yang harus syifa perbuat, syifa tak ingin menyakiti dimas, tapi dia tidak boleh plin plan atas semua keputusannya. syifa tak henti-hentinya berdoa dalam hati. ya allah kuat khan iman hamba.
“dimas.. maaf aku tidak tau harus jawab apa... nyatanya dalam hatiku sekarang dimas tidak ada, dimas hanya temanku, teman baikku..”
“hanya itu syif....hanya teman, lalu kisah kita gimana syif 4 tahun syif...kamu mau lupain githu aja.. nggak aku nggak mau syif....”


“dimas klo kamu memang serius sama aku, cobalah untuk mencintaiku karena Allah, bukan karena nafsumu, dimas belajarlah untuk ikhlas, serahkan semua ini pada allah, aku yakin suatu saat nanti kamu akan menemukan jodoh yang pas dihatimu dan semua itu karena Allah. maafin aku dimas, untuk saat ini aku ingin berguna bagi keluarga dan agamaku, jika suatu saat kita memang jodoh insya allah kita akan bertemu dalam kasih sayang Allah, permisi dimas assalamualaikum, ayo dit kita pergi” tanpa menoleh lagi syifa dan dita pergi meninggalkan dimas sendirian di cafe itu.
sore itu terasa sangat panjang buat syifa. sangat berat menjalani keadaan semacam ini apalagi bagi syifa yang ingin menjalini hidup yang lebih baik. lebih mendekatkan diri pada Sang Maha Pencipta. hujan kembali membasahi kota malang, syifa memutuskan untuk pulang kerumah. selama perjalan syifa diam saja, pandangannya jauh menerawang keluar mobil, dita yang mengendari mobil itu merasa tidak enak, “syifa pasti sedih” pikir dita.
“syif...jangan sedih donk, memang susah untuk menjadi orang yang lebih baik, ada saja halangannya, kamu harus menguatkan imanmu, jangan menyerah, kamu sendiri yang bilang, semakin tinggi pohon, semakin kuat angin yang berhembus, sama dengan kamu, semakin kuat kamu ingin belajar menjadi lebih baik, semakin besar pula cobaan yang akan kamu hadapi, sabar aja ya syif..” ucap dita untuk menghibur syifa.
“makasih ya dit kamu memang sahabat terbaik”
“sama sama itulah gunanya teman”
sesampainya dirumah, syifa tak kuat lagi membendung perasaanya, ia curahkan segala unek unek yang telah ia simpan selama ini dalam solatnya. ia menangis pada allah, ia bercerita tentang semua perasaanya, kebingungannya, ketidak mampuannya. sampai ibu mendengar setiap doa syifa dari balik pintu. “assalamualaikum syif, ibu mengganggu..”
“oh..waalaikumsalam ndak kok bu, ada apa?”
“ibu dengar semua doa kamu syif...saran ibu kamu perlu menenangkan diri, kamu perlu berlibur dan belajar untuk memantapkan agamamu? “
“maksud ibu syifa liburan..tapi kemana bu,”
“kamu ingat bude nissa ndak?”
“ingat bu yang tinggal di demak khan?”
“iya..bagaimana klo kamu kesana, sekalian liburan sekalian belajar agama disana bukanya disana ada pondok pesantren syif..”
“iya sich bu..tapi syifa ndak mau di pesantren lho bu”
“ya ndak to..kamu ya tinggal ma bude, tapi juga bisa ikut ngaji di pesantran itu, seperti mbak retno, itu khan sekarnag ngajar di pesantren itu”
“tapi khan syifa bentar lagi skripsi bu”
“kamu khan bisa ngerjakan skripsi kamu disana syif...bagaimana mau ndak, kalau kamu setuju ibu telpon bude”
“hmmm insya allah ya bu, syifa pikir dulu”
“ya udah kamu pikirkan dulu ya”
“ibu mau istirahat dah capek”
ibupun keluar dari kamar syifa....syifa merenungkan setiap perkataan ibunya, “mungkin aku memang perlu waktu untuk menenangkan diri” pikir syifa. syifa sudah tidak memikirkan lagi kesedihannya, ia sudah mulai konsentrasi untuk pengajuan judul skripsinya, sudah hampir 2 minggu syifa tidak memutuskan apapun, ibunya pun berfikir mungkin syifa sudah mulai tenang. haripun segera berlalu, memang kesedihan syifa seperti sudah lenyap, tapi tidak semua, bayangan dimas terasa masih dipikirannya. konsentrasi syifa selama hampir 1 bulan membuah khan hasil, syifa bersyukur sekali judul skripsinya disetujui pembimbingnya. untuk penelitian ini ia mengambil sampel penduduk desa, tepat sekali rumah budenya khan di desa jadi ia bisa pergi ke desa. tapi syifa masih terasa ada yang mengganjal dimas. nama itu lagi, kenapa sich selalu saja ada bayangan dimas dimana mana. syifa menjadi resah apa bisa ia melupakan dimas..”ya allah ampuni dosa hambamu ini yang sedang khilaf karena cinta, tunjukkan pada hamba jalanmu yang benar, pertemukan dengan hamba, jodoh yang cocok menurutmu ya allah” doa syifa dalam sujud malamnya.

akhirnya syifa memutuskan untuk pergi ke rumah budenya di demak, dia kesana diantar mas dani, karena mas dani mau ke yogya. setelah membereskan semua barangnya, ia berpamittan kepada ke dua orang tuanya. “semoga kamu senang disana, hati-hati ya syif, klo belajar agama yang rajin” pesan ayah syifa. ibu pun tak luput memberikan doa restunya. selama perjalanan syifa dan mas dani cerita macam-macam, mas dani sekarang sudah menjadi asisten dosen, di kampusnya. saat ada kesempatan keluar dari aktivitas sehari-harinya ia biasanya pergi ke rumah teman-temannya. berhubung sekarang adik tercintanya akan menginap di rumah budenya di demak, dengan senang hati mas dani mau mengantar syifa. perjalanan mereka cukup jauh hampir menempuh kurang lebih 7 jam.
mereka tiba di demak menjelang sore hari, mereka disambut dengan hangat oleh bude dan keluarganya. ternyata mbak Retno sudah mempunyai anak yang lucu. namanya Fahmi, setelah istirahat sebentar mereka mengobrol di lincak depan rumah bude, udaranya semilir dingin, maklum lah di desa masih banyak pohon dan sawah. tak beberapa lama disana syifa sudah merasa betah. keluarga bude sangat ramah, apalagi bude syifa seperti bertemu dengan ibunya, mereka sangat mirip. itu satu hal yang membuat syifa betah.
“besok kamu mau kemana syif” tanya mbak Retno.
“belum ada rencana mbak” jawab syifa.
“memangnya kamu mau nulis tentang apa syif”
“syifa ingin nulis tentang keterampilan komunikasi masyarakat desa ditinjau dari umur, atau golongan ekomominya mbak”
“hmm githu ya, caranya gimana syif....?”
“ya tanya jawab, pengamatan, dan lain-lain”
“wah semoga lancar aja syif” kata pakde.
“amin makasih ya pak de”
tanpa terasa mereka sudah mengobrol lama sekali sampai suara adzan magrib terdengar, kemudian mereka solat magrib berjamaah, pakde yang jadi imamnya. suasana sangat hangat sekali, dalam hati syifa bersyukur karena mengikuti anjuran ibunya untuk berlibur di rumah bude. tak terasa pikirannya akan dimas sedikit demi sedikit terlupakan. ia mulai menyusun rencanya kegiatanya selama di rumah bude, waktu sangatlah berharga, tidak boleh tersia-siakan. besoknya mas dani harus ke yogya, tapi sebelum berangkat bude memaksa mas buat sarapan dulu bersama, toh demak dan yogya tidak jauh beberapa jam saja sudah sampai. sarapan pagi itu terasa sangat lezat. sayur pecel dan tempe goreng walaupun sederhana tapi rasanya nikmat sekali, karena ada kasih sayang di dalamnya, serta rahmat Allah yang tak terhingga. syifa sedang membereskan kamarnya saat mbak retno menghampirinya
“syif....sibuk ndak?”
“ndak mbak ada apa”
“gini syif tadi pak uztad datang kesini, kata beliau guru bahasa inggris di madrasah akan cuti hamil dan beliau tidak punya pengganti saat ini, apa kamu bersedia syif mengajar di madrasah sementara guru itu cuti, toh kamu disini masih lama khan”
“iya sich mbak, tapi khan syifa ndak ada pengalaman ngajar mbak!”
“tapi kmau bisa bahasa inggris dengan baik kahn syif....kata bulek kamu pernah juara lomba bahasa inggris di malang, ayo lah syif bantu kami ya” pinta mbak retno
“hmmmm gimana ya mbak....ya udah dech syifa bantu, tapi syifa coba dulu ya mbak”
“siip klo gihtu kamu siap siap ya syif insya allah nanti jam 9 kita ke pesantren”
“kok pesantren mbak?”
“lho khan madarasahnya di pesantren itu syif....”
tanpa sadar syifa membulatkan bibirnya untuk membentuk “O” panjang tanda dia mengerti. setelah di beritahu hal itu syifa segera bersiap siap, ia memakai gamis birunya di padu dengan jilbab biru mudanya, ia tampak begithu menawan. tak lupa syifa memasukkan rekaman percakapan bahasa inggris di tasnya, dam mengambil segala peralatan yang sekiranya ia butuhkan. kemudian ia keluar dan sudah di tunggu mbak retno di depan rumah..tapi tampak ada yang mengajal apa ya...masya allah sepeda “apa aku akan ke madrasah itu naik sepeda” pikir syifa.
“hmmm maaf ya syif yang ada dirumah tinggal 2 sepeda ini, ndak papa khan?”
masih dalam ketergejuttannya syifa tetap tersenyum “alhamdulillah masih ada sepeda dari pada jalan kaki” ucap syifa. dan mereka pun berangkat naik sepeda itu, perjalanan tidak semulus perkiraan syifa, jarak yagn ditempuh lumayan jauh tapi yagn membuatnya menderita adalah keadaan jalannya. masih berbatu, ya allah perlu usaha keras untuk melewatinya, apalagi bagi syifa yang jarnag naik sepeda dirumah. dirumah syifa biasa di antar jemput mas dani, walaupun selama PKN di kampung mereka masih bisa pakai motor, tapi disini...”ahh aku tidak boleh menyerah, seorang muslimah yang baik harus terus bersemangat dan berjuang demi masa depan. anak bangsa hehehehehe” .
sudah hampir setengah jam mereka menempuh perjalanan lumayan jauh juga eh ternyata klo ke pesantren ini di depannya sudha jalan raya, “lho mbak ini jalannya kok sudah di aspal lha tadi kok jalannya hancur githu?” tanya syifa penuh rasa kaget.
“kita tadi itu lewat jalan pintas syif..soalnya klo lewat jalan biasa yagn bagus agak jauh ya kira-kira 45 jam perjalanan lah. lebih cepat lewt jalan itu tadi kira kira 25 menit, tapi ya githu jalannya masih semerawut hehehehehe” hibur mbak retno yang kemudian tertawa melihat ke arah syifa.
“ada apa mbak kok ketawa...ada yang lucu ya”
“iya syif..kamu penuh peluh dan jilbabmu itu lho dah miring miring” jawab mbak retno sambil terus tertawa”
“syifa hanya bisa tersenyum karena malu”
setelah mereka memarkirkan sepeda, mbak retno menunjukan dimana kamar mandi perempuan, agar syifa bisa berbenah diri. saat menuju ke kamar mandi ada seornag pria memperhatikannya terus, syifa merasa risih di perhatikan seperti itu, dan tanpa terasa sikap juteknya muncul.
“ada apa mas kok mandanginnya begithu, nggak sopan” ucap syifa dengan nada kesal dan ia bergegas menuju kamar mandi. merasa sudah rapi syifa segera keluar dari kamar mandi, dia berjalan menyusuri koridor pesantren itu, suasanya nyaman, sepi, tenang, “semoga ini menjadi berkah buat ku” pikir syifa.
segera ia menuju ruangan yang ditunjukan mbak retno tadi, pintunya sudah terbuka. ia melihat ke dalam tampak beberapa orang di dalamnya.
“assalamualaikum”
“waalaikumsalam mbak ini pasti mbak syifa khan adiknya bu Retno”
“iya nama saya syifa, mbak retno kemana ya?”
“oh bu retno sekarang ada jadwal mengajar matematika, oh iya kenalkan nama saya Rahma, saya guru IPA, klo mbak syifa?”
“saya masih kuliah semester akhir di malang, jurusan ilmu komunikasi masa”
“ooo begithu....ya sudah mari mbak saya antar ke tempatnya pak uztad, beliau sudah menunggu”
ia tiba di sebuah ruangan yang sangat sejuk dipandang mata karena banyak bunga di depan kantor itu, dan pohon blimbing yang rindang, terasa sangat segar. syifa sangat terkejut saat ia masuk ke ruangan itu. “masya allah orang ini khan???” pekik syifa dalam hati
“assalamualaikum” kata mbak rahma kepada orang yang ada di ruangan itu
“waalaikumsalam”
“mbak syifa ini pak uztad Ibrahim, beliaulah yang mengurusi madrasah ini, dan ayah beliaulah pemilik pesantren ini”
“ohhh..saya syifa, assyifa rohmatus maulidia.”
“saya ibrahim, orang-orang disini biasanya memanggil saya baim” jawabnya
“ohh pak baim, maaf ya tadi saya tidak sopan sama bapak,”
“ohh tidak juga saya yang salah tak seharusnya saya memperhatikan anda seperti itu”
obrolan mereka pun berlanjut dan ditemani bu Rahma karena jika ada 2 orang pemuda dan pemudi dalam satu ruangan yang ketiga adalah syetan karena itu bu Rahma yang enemani syifa. obrolan mereka sangat menarik, mulai dari tujuan syifa datang ke desa ini, sampai skripsi syifapun tak luput di pertanyakan ustad muda ini. pembicaraan mereka pun berakhir, dan bu Rahma mengajaknya untuk berkeliling pesantren mulai dari pesantren putri dan pesantren putra, yagn kemudian menuju madrasah, disitu madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah. masing masing madrasah ini di bagi menjadi 2 madrasah putra dan madrasah putri. ah rumit juga ya untuk mengerti situasi pesantren, selain itu juga terdapat berbagai macam kegiatan baik yang diikuti santri maupun para pengajarnya.
capek juga berjalan-jalan mereka pun memutuskan utnuk berhenti di bawah pohon yang rindang di sebuah taman. terasa sangat segar rasanya, syaraf syaraf syifa termanjakan oleh kesejukan taman itu.
“assalamualikum syif..gimana tadi seneng ndak disini..”kata mab retno membuyarkan lamunan syifa.
“waalaikumsalam...alhamdulilah mbak seneng juga disini” mereka mengobrol ditaman itu sampai suara adzan menggema, terasa sangat menyejukkan hati, dan merekapun solat dzuhur sebelum kembali ke rumah. perasaan yang sulit terlukiskan, betapa indahnya karunia allah. dalam perjalan pulang dengan mbak retno, hati syifa begitu bergetar tak henti-hentinya bertasbih rasa senang yang luar biasa.
“kapan kamu mulai mengajar syif...”
“insya allah besok mbak”
“semoga berhasil ya syif...”
“amin..maksih doanya ya mbak”
malam sudah semakin larut, dan mata syifa sudah mulai berat. ia mulai menghiasi tidurnya dengan mimpi, selagi syifa bermimpi di suatu tempat, ada yang tak bisa memejaman matanya. ia selalu terbayang sosok yang baru ia temui, pintar, berwawasan, walaupun tadi ia sempat jutek tapi setelah berbicara dengannya ternyata ia ramah. “assyifa berarti penolong, semoga ia bisa menolong diriku, astafirullah aku berfikir apa sudahlah ini semua tidak berarti, ampuni hamba ya allah tak seharusnya hamba memikirkan dia” pikir pemuda itu yang biasa kita sebut sebagai uztad Baim.
pagi harinya syifa sudah bersiap-siap untuk mengajar, dia sudah sangat rapi dan cantik mbak retno saja kaget melihat penampilannya.”kamu cantik syif...dah siap di hari pertama kamu” tanya mbak retno yagn sedang memangku Fahmi. “insya allah mbak mohon doanya ya biar lancar, doain syifa juga ya bude, pakde”pinta syifa.
“ya iya to nduk kita semua selalu doain kamu, tapi apa disana kamu dah ketemu ma orang yang bisa buat hatimu deg-degan nduk?” tanya bude
“masya allah bude, niat syifa mau ngajar aja. ndak ada niatan buat cari pendamping hidup”
“klo ada ya ndak popo too, khan jodo siapa yang tau” jawab pakde sambil terus meminum kopi dan membaca koran. syifa yang hanya terdiam dan tersipu mendengar pembicaraan pakde dan budenya. “ah mana aku tau mau ketemu jodo atau tidak yang penting skripsi aku sukses” pikir syifa sambil sarapan. sedangkan di lain tempat tepatnya di pesantren,
“gimana guru baru yang akan menggantikan bu dewi Im..?” tanya pak kyai
“ohh dia masih mahasiswi pak kesini dalam rangka liburan dan sedang mengerjakan skripsinya, dia tinggal di kota malang pak?” jawab baim tanpa terasa hanya membayangkannya saja wajah baim sudah merona, perubahan raut mukanya itu di perhatikan oleh ibunya. dan beliau hanya tersenyum saja melihat perubahan wajah putranya itu.
setelah tiba di madrasah syifa segera merapikan dirinya, dia melihat ada seorang gadis kecil duduk di bangku taman. melihat hal itu syifa penasaran, ia datangi gadis itu, “assalamualaikum” kata syifa yang tidak sengaja membuyarkan lamunan gadis itu.
“oh...waalaikumsalam..”katanya dengan rasa kaget yang masih tersimpan
“maaf apa ibu mengganggu nama ibu syifa, namamu siapa?”
“saya ajeng bu...kelas 4”
“ohhhh...kenapa kamu da disini, seharusnya kamu khan masuk kelas, khan sudah masuk?”
“tidak mau bu.... saya ingin disini sendiri”
“kenapa..”
“saya tidak mau dikelas, saya khan tidak punya teman”
“kata siapa kamu tidak punya teman, ibu mau jadi teman kamu, kamu kelas empat khan”
“iya bu...benar ibu mau jadi teman saya”
“tentu saja sekarang kamu masuk kelas ya”
“iya..sampai ketemu lagi bu”
“sampai ketemu”
syifa terus memandangi gadis itu sampai masuk kedalam kelasnya. ia pun berjalan menuju ruang guru. disana sudah di tunggu uztad baim,
“assalamualaikum bu, sudah siap hari ini” kata ustad Baim.
“waalikumsalam....insya allah pak, doakan lancar”
“baiklah saya antar ke kelas 4 madrasah ibtidaiyah putri”
dalam perjalanan menuju ke kelas 4. mereka diam 1000 bahasa, tapi tanpa mereka sadari dari jauh ada yang mengawasi mereka dengan tajam.
“nah anak-anak ini adalah bu syifa yang akan menggantikan bu dewi untuk sementara waktu, bu syifa silahkan” kata ustad baim kepda syifa dengan mempersilahkannya untuk memperkenalkan dirinya pada para siswa. setelah memperkenalkan diri, ustad baim meminta pamit untuk kembali ke ruanganya. syifa sangat menyukai situasi ini, sangat hangat, tapi ia melihat ajeng yagn muram bukannya dia tadi sudah tersenyum. hal ini membuat syifa menjadi bingung. “ah nanti saja aku tanya pada ustad baim” pikir syifa. syifa mengajar bahasa inggris sangat menyenangkan suasana tidak terasa tegang, dan siswinya merasa senang diajari syifa. para siswa cepat akrab dengan syifa. tanpa syifa sadari ternyata ustad baim mengawasinya dan mendengarkan syifa mengajar, ia pun tersenyum. ada seseorang yang mengawasi tingkah ustad baim ini secara sebunyi-sembunyi dan ia segera pergi meninggalkan ustad baim yang masih tersenyum sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar